Selasa, 12 April 2011

ETIMOLOGI MULTIMEDIA

Definisi Multimedia
Pengertian multimedia secara etimologi (menurut kamus/ensiklopedi) berasal dari dua kata “MULTI” dan “MEDIUM”. Yang berarti : MULTI (Latin noun) bermacam-macam, banyak
MEDIUM (Latin) : Sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu
MEDIUM (American Heritage Electronic Dictionary, 1991) : alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi

Secara terminologi (menurut istilah) Multimedia dapat diartikan sebagai penggunaan berbagai media yang berbeda untuk membawa, menyampaikan informasi dalam bentuk teks, grafik, animasi, audio, video dan atau gabungan dari beberapa komponen tersebut.

Beberapa definisi menurut para ahli :
a. Kombinasi dari computer dan video (Rosch, 1996)
b. Kombinasi dari tiga elemen : suara, gambar dan teks (McComick, 1996)
c. Kombinasi dari paling sedikit dua media input dan output. Media ini dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban dan kawan-kawan, 2001
d. Multimedia dalam konteks computer Hofstetter, 2001 adalah:
Pemanfaatan computer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video, dengan menggunakan tool yang memungkinkan pemakai berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan Multimedia adalah penggunaan beberapa media untuk membawa, menyajikan dan mempresentasikan informasi dalam rupa teks, grafik, animasi, audio, video secara kreatif dan inovatif. Multimedia juga dapat memungkinkan terjalinnya hubungan interaktif antara penyaji dengan pemanfaat informasi yang ada di dalamnya.

Kategori Multimedia
Istilah multimedia muncul melalui media masa diawal 1990. Istilah ini dipakai untuk menyatukan teknologi digital dan analog dibidang entertainment, publishing, communications, marketing, advertising, dan juga commerce. Multimedia merupakan  penggabungan dua kata ”multi” dan “media”. Multi berarti “banyak” sedangkan media atau bentuk jamaknya berarti medium.

ARTISTIS IDEA              >          MEDIUM         >         AUDIENCE
SERVER                      >          NETWORK       >         CLIENT
SIGNAL                        >          CONDUIT          >        RECEIVER

Jadi medium adalah entitas yang dilewati oleh sesuatu. Contohnya medium artistic (lukisan, sculpture) adalah kendaraan para artis untuk menyampaikan idenya. Contoh lainya adalah “media masa” yaitu kanal komunikasi dan informasi. Sehingga multimedia dapat didefinisikan menjadi dua kategori yaitu multimedia content production dan multimedia communication dengan definisi sebagai berikut:
Multimedia content production
Multimedia adalah penggunaan dan pemrosesan beberapa media (text, audio, graphics, animation, video, and interactivity) yang berbeda untuk menyampaikan informasi atau menghasilkan produk multimedia (music, video, film, game, entertaiment, dll) Atau penggunaan sejumlah teknologi yang berbeda yang memungkinkan untuk menggabungkan media (text, audio, graphics, animation, video, and interactivity) dengan cara yang baru untuk tujuan komunikasi.Dalam kategori ini media yang digunakan  adalah :
·                Media Teks
·                Media Audio
·                Media Video
·                Media Animasi
·                Media Graph / Image
·                Media Interactivity
·                Media Special Effect

Multimedia communication
Multimedia adalah menggunakan media (masa), seperti televisi, radio, cetak,danInternet,untuk  mempublikasikan/menyiarkan/mengkomunikasikan material advertising, publicity, entertaiment, news, education, dll. Dalam kategori ini media yang digunakan adalah :
·           TV
·           Radio
·           Film
·           Cetak
     ·           Musik

Sejarah Editing

Masa Awal Editing, Edwin S. Porter

Pada awal film pertama kali dibuat tidak mengenal editing, di masa ini film berdurasi pendek sekitar satu menit. Namun ketika film sudah berdurasi panjang sekalipun, seperti Méliès yang sudah berdurasi 14 menit belum ada editing di dalamnya. Film baru merupakan satu shot saja, pada saat itu kamera merekam adegan tanpa ada interupsi pemotongan shot sama sekali. Editing atau penyuntingan gambar pertama kali dilakukan pada film A Trip to the Moon, percobaan ini dilakukan oleh Edwin S. Porter. Porter melakukan apa yang dinamakan sebagai visual continuity, sebuah gagasan luar biasa yang hingga saat ini masih dianut oleh para penyunting gambar. Dalam filmnya The Life of American Fireman, Porter membuat 20 rangkaian shot menjadi satu rangkaian cerita. Film ini sangat sederhana, seorang pemadam kebakaran membantu menyelamatkan seorang ibu dan anak yang terjebak di dalam sebuah gedung yang terbakar. Dengan durasi 6 menit, Porter memperlihatkan adegan menjadi sebuah rangkaian dramatis penyelamatan ke dua orang itu. Porter melakukan intercut adegan penyelamatan di dalam ruangan atau interior dengan gambar lain sebuah kebakaran eksterior gedung. Penggabungan antara interior dengan eksterior tersebut membuat satu rangkaian yang dinamis. Penonton akan mengira bahwa ibu dan anak tersebut bener-benar terjebak dalam gedung yang terbakar, padahal eksterior gedung yang terbakar sebetulnya tidak ada ibu dan anak tadi. Inilah yang dinamakan juxtaposition atau juksta posisi, yakni penempatan atau posisi shot. Dengan jukstaposisi memungkinkan akan melahirkan nilai dramatis baru dibandingkan dengan shot yang berdiri sendiri. Percobaan Porter tidak berhenti di situ, dalam film naratif The Great Train Roberry, Porter melakukan eksplorasi lagi. Porter, memiliki andil cukup besar dalam perkembangan konsep editing narrative continuity.

D.W. Griffith

Griffith, dialah mbahnya editing film pada masa modern ini dan karenanya semua editor film pasti mengenalnya. Pengaruh Griffith tidak hanya pada perkembangan editing di Amerika (baca: Hollywood) bahkan sampai pada Rusia. Kontribusi Griffith adalah editing kontruksi dramatis, pengaruh variasi shot (extreme long shot, close up, cut away, tracking shot), pararel cutting, serta langkah variasi. Percobaan yang dilakukan Griffith ini jauh lebih dahsyat dibandingkan Porter, jika sebelumnya Porter telah menciptakan film secara naratif maka Griffith benar-benar menyadari betul bagaimana juksta posisi memiliki peran yang sangat penting. Maka tidak heran jika Griffith lebih populer ketimbang Porter. Dalam filmnya The Greaser’s Gauntlet, Griffith melakukan penyambungan gambar dengan tipe shot yang berbeda dan penyambungan tersebut benar-benar match dan ini menjadi titik tolak teori editing populer yakni match-cutting. Berikutnya Griffith melakukan eksperimen lainnya di film Enoch Arden, shot pertama dia gunakan long shot, kemudian medium shot dan terakhir close up. Hal ini dia lakukan dengan alasan mengajak penonton secara emosional melihat secara gradual perubahan komposisi gambar. Pada film ini juga Griffith mencoba melakukan penyambungan cutaway untuk menciptakan nilai dramatis yang baru. Dia juga melakukan pararel cutting dengan scene atau adegan lainnya. Eksperimen pararel cutting ini dia lanjutkan pada film The Lonely Villa. Dia mencoba mengkontruksi sebuah scene dengan menyambung beberapa gambar dengan durasi-durasi yang lebih pendek yang menjadikan scene tersebut menjadi lebih dramatis. Kontribusi konsepsi editing ini banyak diikuti para film maker dan editor hingga saat ini, terutama setelah dia berhasil secara dalam feature panjangnya The Birth of Nation, sebuah film epic perang. Inilah mahakarya Griffith dimana semua gagasan konsepsi editing tercurahkan di sini. Perkembanganpun terus berlanjut, pengaruh Griffith hamper sampai ke seluruh pelosok dunia, salah seorang yang melanjutkan konsep Griffith adalah Pudkovin asal Russia.

Vsevolod I. Pudkovin

Pengaruh Griffith sampai juga pada filmmaker Rusia, akan tetapi ada inovasi lain yang dilakukan oleh Pudkovin. Dia mencoba cara lain dari intuisi classical cuttingnya Griffith, dalam bukunya Pudkovin menulis :

The film director [as compared to the theater director], on the other hand, has as his material, the finished, recorded celluloid. This material from which his final work is composed consists not of living men or real landscapes, not of real, actual stage-sets, but only of their images, recorded on separate strips that can be shortened, altered, and assembled according to his will. The elements of reality are fixed on these pieces; by combining them in his selected sequence, shortening and lengthening them according to his desire, the director builds up his own “filmic” time and “filmic” space. He does not adapt reality, but uses it for the creation of a new reality, and the most characteristic and important aspect of this process is that, in it, laws of space and time invariable and inescapable in work with actualitybecome tractable and obedient. The film assembles from them a new reality proper only to itself.

Waktu dalam film dan ruang dalam film, menjadi cukup populer hingga kini. Saat itu Pudkovin melakukan eksperimen bersama temannya Lev Kuleshov, dia mencoba shot yang sama untuk juksta posisi dengan shot lainnya, dan ternyata memberikan pengaruh lain pada audiens. Pada eksperimen ini dia menggunakan aktor Ivan Mosjukin, shot sang aktor dengan ekspresi yang sama dicoba disambungkan dengan 3 shot berbeda yakni dengan : semangkuk soup di atas meja, sebuah shot seorang mayat wanita dalam peti mati, dan gadis kecil yang sedang bermain dengan mainannya. Dengan eksperimen ini ternyata penonton memaknai berbeda pada ekspresi Ivan Mosjukin tadi, pertama dia terlihat seperti orang yang sedang sangat lapar karena berhadapan dengan makanan, kedua dia kelihatan seperti suami yang sedang bersedih, dan ke tiga seperti seorang ayah yang bahagia dengan anaknya.

Shot yang sama jika ditempatkan atau dijuktaposisi dengan shot yang berbeda ternyata menghasilkan “ekspresi yang berbeda” dihadapan penonton, dan ini penting sekali. Jadi, ketika editor melakukan penempatan satu shot dengan shot lainnya, dia harus memikirkan apa dampak yang akan dihasilkan ketika shot tersebut disambungkan.

Sergei Eisenstein

Eisenstein adalah orang kedua yang berpengaruh dalam perfilman di Rusia, dia merupakan sutradara besar. Dia sudah menjadi sutrdara di usia yang sangat muda saat itu. Latar belakang Eisentein adalah teater dan desain, dia mencoba menerjemahkan konsepnya Griffith dan Karl Marx. Percobaan pertama dia lakukan pada film Strike, Eisenstein menemukan lima komponen teori penting dalam editing yakni : metric montage, rhythmic montage, tonal montage, overtonal montage, dan intellectual montage. Eksposisi yang ditawarkan Eisenstein ini dipaparkan secara detail oleh Andrew Tudor dalam bukunya yang terkenal Theories on Film.

www.dikiumbara.com

Bentuk - Bentuk Film Dokumenter

Kalau kita menggunakan pemahaman bahwa realita adalah kenyataan yang kita lihat di hadapan kita, dan film dokumenter adalah upaya untuk mendokumentasikan (merekam) realita semacam itu, maka usia film dokumenter sama tuanya dengan teknologi film itu sendiri.

Dikatakan demikian, karena sejak awal usaha manusia untuk mengembangkan teknologi yang mampu merekam gambar hidup, apa yang dilakukan adalah dengan merekam aneka peristiwa yang terjadi di hadapan mereka. Apa yang dilakukan Lumiere Bersaudara dalam persaingannya dengan George Eastman di akhir abad ke-18 dalam mewujudkan teknologi kamera film dan bioskop, mereka merekam bayi yang baru belajar berjalan, perjalanan kereta api, kapal laut bersandar di pelabuhan serta buruh pabrik pulang dari tempat kerja mereka.

Namun, apakah ini yang disebut sebagai film dokumenter? Pada akhir abad ke-19, seorang geolog yang dikontrak perusahaan minyak untuk melakukan explorasi di utara Benua Amerika, mendokumentasikan kehidupan keluarga Eskimo selama lebih dari 15 tahun. Kumpulan dokumentasi tersebut kemudian diedit menjadi sebuah film berjudul Nanook of the North, dan geolog tersebut adalah Robert J. Flagherty yang kemudian menjadi bapak film dokumenter. Apakah ini yang disebut film dokumenter masa kini? Sulit untuk mendapatkan jawaban yang tepat karena para pembuat film dokumenter yang terinspirasi para perintis ini kemudian mengembangkan beraneka pendekatan baru. Untuk apa? Semata karena mereka memerlukan bentuk-bentuk yang lebih tepat dalam mengeskspresikan pendapat mereka terhadap kejadian-kejadian di sekitar kehidupan manusia, bahkan di tempat-tempat yang tak terjangkau sebagian besar orang—ke hadapan para penonton, agar mereka bisa memetik pelajaran yang berguna dari realita tersebut.

Untuk ringkasnya, gaya atau bentuk film dokumenter dapat dibagi ke dalam 3 bagian besar. Pembagian ini merupakan ringkasan dari aneka ragam bentuk film dokumenter yang berkembang sepanjang sejarahnya. Mengapa kita perlu tahu ragam bentuk film dokumenter yang ada? Karena mengenali bentuk-bentuk film dokumenter ini, serta memahami kelebihan, kelemahan, keterbatasan dan keunggulannya akan bisa membantu usaha anda untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendorong anda untuk membuat film dokumenter.


Expository

Dokumenter dalam kategori ini, menampilkan pesannya kepada penonton secara langsung, baik melalui presenter ataupun dalam bentuk narasi. Kedua bentuk tersebut tentunya akan berbicara sebagai orang ketiga kepada penonton secara langsung (ada kesadaran bahwa mereka sedang menghadapi penonton/banyak orang). Mereka juga cenderung terpisah dari cerita dalam film. Mereka cenderung memberikan komentar terhadap apa yang sedang terjadi dalam adegan, ketimbang menjadi bagian darinya. Itu sebabnya, pesan atau point of view dari expository dielaborasi lebih pada sound track ketimbang visual. Jika pada film fiksi gambar disusun berdasarkan kontinuitas waktu dan tempat yang berasaskan aturan tata gambar, maka pada dokumenter yang berbentuk expository, gambar disusun sebagai penunjang argumentasi yang disampaikan oleh narasi atau komentar presenter. Itu sebabnya, gambar disusun berdasarkan narasi yang sudah dibuat dengan prioritas tertentu.

Salah satu orang yang berperan dalam kemunculan bentuk dokumenter ini adalah John Grierson, yang menurutnya, pembuat dokumenter haruslah menempatkan dirinya sebagai seorang propagandis, yang mengangkat tema-tema dramatis dari kehidupan yang dekat di sekeliling kita sebagai sebuah kewajiban sosial atau kontribusi terhadap lingkungan dan budaya. Seorang pembuat film dokumenter, katanya, “bukanlah cermin, tetapi sebuah gada (palu besi yang besar)”. Hal ini memang tercermin dari film-film Grierson yang sering mengangkat persoalan seputar kehidupan sosial orang-orang kebanyakan. Pada masa itu, film dokumenter adalah barang baru, karena masyarakat masih menganggap layar lebar atau televisi adalah tempat artis, celebritis dan tokoh masyarakat, bukan tempat kita menonton perilaku wong cilik. Itu sebabnya film-film Grierson banyak bercerita tentang buruh, gelandangan, dll.

Pada perkembangannya, sewaktu peralatan kamera dan perekam suara portabel ditemukan, expository juga menggunakan format wawancara yang memungkinkan orang—selain pembuat film—bisa memberikan komentar, baik secara langsung atau sebagai voice over, demikian juga penggunaan archival footage seperti foto, film footage, gambar, dll. Inilah yang kemudian menjadi mainstream dokumenter di televisi.

Argumentasi yang dibangun dalam expository umumnya bersifat didaktik, bertendensi memaparkan informasi secara langsung kepada penonton, bahkan mampu mempertanyakan baik-buruk suatu fenomena berdasarkan pijakan moral tertentu dan umumnya mengarahkan penonton pada satu kesimpulan secara langsung. Agaknya inilah yang membuat bentuk expository popular di kalangan televisi, karena ia menghadirkan sebuah sudut pandang yang jelas (it presents its point of view clearly) dan menutup kemungkinan adanya misinterpertasi.

Namun dari segala kelebihan tersebut, justru expository banyak mendapat kritikan karena cenderung menjelaskan makna dari gambar yang ditampilkan. Seolah mereka tidak yakin kalau gambar-gambar tersebut mampu menyampaikan pesannya sendiri. Bahkan, expository cenderung menempatkan pemirsanya seolah tak memiliki kemampuan untuk membuat kesimpulan sendiri. Dan tentu saja, kehadiran voice over cenderung membatasi bagaimana gambar harus dimaknai. Selain itu, karena gambar disusun bukan bersarkan audio yang terdapat dalam gambar tersebut (suara atmosfer yang terekam saat shooting atau dialog yang terdapat dalam gambar tersebut), melainkan berdasarkan narasi yang sudah dibuat sebelumnya, ia menjadi kehilangan konteks. Tak heran kalau susunan gambarnya tidak memiliki kontinuitas, serta koherensi. Coba anda tonton tayangan seperti ini tanpa audio, pasti akan sulit sekali untuk menangkap makna film tersebut.

Namun, sesungguhnya tidak ada yang salah dengan penggunaan voice over (VO) atau narasi. Dalam banyak kasus, kehadiran narasi atau VO sangat diperlukan. Misalnya apabila visual dirasa kurang mampu atau tidak bisa memberikan informasi yang memadai tentang apa yang hendak disampaikan. Atau tidak tersedia visual yang betul-betul kuat untuk mengungkap pesan yang ingin disampaikan. Selama penggunaannya dilakukan secara cantik, efektif, dan informatif, VO atau narasi akan sangat membantu. Seringkali pembuat film menggunakan VO atau narasi untuk memancing rasa ingin tahu penonton, lalu membiarkan gambar berikutnya memberikan penjelasannya. Kadang VO digunakan untuk mengkomentari visual secara ironis atau reflektif (suara hati, misalnya) tanpa harus berkotbah. Namun intinya, anda tidak perlu mengatakan sesuatu dan memperlihatkannya secara bersamaan. Atau jangan menjelaskan apa yang sudah jelas terlihat dalam gambar.


Observatory/Direct Cinema

Aliran ini muncul sebagai bentuk ketidakpuasan para pembuat film dokumenter terhadap model sebelumnya yang telah diuraikan diatas. Pendekatan yang bersifat observasi ini utamanya ingin merekam kejadian secara spontan, natural dan tidak dibuat-buat. Itu sebabnya, pendekatan ini menekankan pada kegiatan shooting yang informal tanpa tata lampu khusus ataupun persiapan-persiapan yang telah dirancang sebelumnya. Kekuatan mereka adalah kesabaran untuk menunggu kejadian-kejadian yang signifikan berlangsung di hadapan kamera.

Para penekun direct cinema berangkat dari keyakinan bahwa lewat pendekatan yang baik, kehadiran pembuat film beserta kameranya, akan diterima sebagai bagian dari keseharian para subjeknya. Bahkan pada kasus-kasus tertentu, kehadiran pembuat film dan kamera, sepertinya sudah tidak dianggap ada oleh subjek beserta keluarganya. Pembuat film berusaha agar kehadiran mereka sekecil mungkin memberikan pengaruh terhadap kehidupan keseharian dari para subjeknya.

Tentunya hal ini mensyaratkan proses pendekatan terhadap subjek dibangun dalam jangka waktu yang relatif panjang dan intens. Perkenalan yang baik di tahap awal memegang peranan penting agar pembuat film dapat diterima. Pembuat film akan berusaha bergaul seakrab mungkin dengan subjek sambil membangun kepercayaan. Hal ini biasa dilakukan di tahap riset. Dibutuhkan waktu yang cukup panjang sebelum pembuat film kemudian membawa kamera dan melakukan pengambilan gambar. Setelah pembuat film merasa kehadirannya di lingkungan subjek sudah tidak lagi dirasa asing dan tidak lagi dipertanyakan, barulah pembuat film mulai memperkenalkan kehadiran kamera. Proses shooting pun mengikuti rutinitas yang biasa dilakukan oleh subjek sehari-hari. Hal ini dilakukan karena aliran ini cenderung tidak ingin memberikan kesan bahwa para subjeknya sedang dalam kegiatan khusus untuk keperluan pengambilan gambar. Pembuat film tidak ingin para subjeknya ber-acting di depan kamera dan melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak biasa mereka lakukan sehari-hari. Oleh karenanya, sebisa mungkin keberadaan kamera diusahakan tidak tampil menonjol.

Kemunculan aliran ini tidak lepas kaitannya dengan teknologi baru dalam dunia perfilman yang menghadirkan peralatan-peralatan yang semakin kompak, kecil dan mudah dioperasikan serta memiliki kemampuan mobilitas yang tinggi. Kehadiran wireless microphone serta directional microphone dengan fokus yang sempit dan sensitif terhadap jarak, menjadi salah satu andalan.

Direct Cinema memang berhasil menghadirkan kesan intim antara subjek dengan penonton. Subjek secara spontan menyampaikan persoalan yang mereka hadapi. Tidak saja melalui ucapan langsung ke kamera, namun melalui tindakan, kegiatan serta percakapan yang dilakukan dengan subjek-subjek lain secara aktual. Sehingga, penonton merasa dihadapkan pada realita yang sesungguhnya.

Karena kamera mampu menangkap kegiatan serta percakapan-percakapan yang spontan, intim, dan alami inilah, para penggiat aliran ini kemudian meninggalkan penggunaan narasi. Bahkan kehadiran narasi jadi dianggap menggangu. Narasi menjadi elemen yang asing dalam susunan gambar. Narasi dianggap mereduksi dan membatasi realita yang ditampilkan. Logika dalam narasi juga dianggap bertendensi menjelas-jelaskan serta menggurui penonton. Wawancara yang bersifat formal juga dihindari. Pembuat film lebih tertarik untuk mengikuti apa yang diperbuat subjek ketimbang mendengarkan ocehan mereka, sehingga subjek tampil lebih sebagai individu yang unik, bukan mewakili kategori-kategori tertentu. Hal ini dilakukan karena pembuat film ingin memfilmkan pengalaman hidup ketimbang membuat kesimpulan atau pelaporan.

Konsekuensi lain dari direct cinema adalah, pembabakan dalam film ditata, utamanya menggunakan semua elemen kejadian yang berhasil direkam. Itu sebabnya, pekerjaan mengedit dalam aliran ini menjadi lebih berat lagi. Tanpa kehadiran narasi, susunan gambar harus tepat, saling menjalin dalam struktur sebab-akibat yang jelas dan logis sehingga mampu menjelaskan segala informasi yang dibutuhkan penonton. Apa yang telah dirancang berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan secara mendalam, belum tentu mampu berhasil di dapat pada tahap perekaman. Karena pembuat film berusaha seminimal mungkin melakukan pengarahan seara langsung kepada subjek-subjek filmnya. Penggunaan teknik handheld-pun menjadi lebih dominan mengingat kecilnya kemungkinan pembuat film melakukan persiapan yang cukup untuk melakukan penempatan kamera dengan tripod secara terencana. Penggunaan lensa wide angle juga menjadi penting untuk memberikan kesan penonton hadir ditengah-tengah arena yang sedang berlangsung.

Direct Cinema percaya bahwa film dokumenter bisa bertindak bak sebuah cermin bagi suatu realitas. Itu sebabnya, mereka berusaha agar kehidupan yang mereka rekam menceritakan sendiri persoalanya, dan pembuat film hanya menjadi alat bantu untuk merefleksikannya ke layar. Sementara penonton diberi kebebasan untuk menginterpretasi susunan gambar. Berbagai informasi yang signifikan diletakan oleh pembuat film dalam susunan yang tidak ketat dan diusahana tidak mengalami reduksi, sehingga memberikan kesempatan kepada penonton untuk menyusun logikanya sendiri.


Reflexive/Cinéma Vérité

Berbeda dengan kaum observer yang cenderung tidak mau melakukan intervensi dan cenderung menunggu krisis terjadi, kalangan cinéma vérité justru secara aktif melakukan intervensi dan menggunakan kamera sebagai alat pemicu untuk memunculkan krisis. Dalam aliran ini, pembuat film cenderung secara sengaja memprovokasi untuk memunculkan kejadian-kejadian tak terduga.

Cinéma vérité tidak percaya kalau kehadiran kamera tidak mempengaruhi penampilan keseharian subjek, walaupun sudah diusahakan tidak tampil dominan. Menurut mereka, kehadiran pembuat film dan kameranya pasti akan mengganggu keseharian subjek. Tidak mungkin subjek tidak memperhitungkan adanya kehadiran orang lain dan kamera. Subjek pasti memiliki agenda-agenda mereka sendiri terkait dengan keterlibatan mereka dalam proses pembuatan dokumenter tersebut. Oleh karenanya, ketimbang berusaha membuat subjek lengah terhadap kehadiran pembuat film dan kamera—yang menurut mereka tidak mungkin terjadi—pergunakan saja kamera sebagai alat provokasi untuk memunculkan krisis atau ide-ide baru yang spontan dari kepala subjek.

Pendekatan ini sangat menyadari adanya proses representasi yang terbangun antara pembuat film dengan penonton seperti halnya pembuat film dengan subjeknya. Itu sebabnya, pembuat film dalam aliran ini tidak berusaha bersembunyi, mereka justru tampil menempatkan diri sebagai orang pertama, sebagai penyampai issue sehingga tidak jarang mereka tampil langsung di kamera atau berbicara kepada subjek, kepada penonton ataupun kepada dirinya sendiri. Pembuat film berbicara langsung ke kamera ataupun melalui voice over. Bahkan ada berapa pembuat film yang merasa perlu menampilkan proses kegiatan perekaman-aktivitas kru in-frame langsung atau melalui bayangan di cermin selama rekaman berlangsung—untuk mengingatkan penonton bahwa kru film juga bagian dari proses komunikasi yang sedang mereka lakukan.

(Chandra Tanzil : InDocs)

10 Tips untuk para editor

Sebelum melakukan produksi atau pengambilan gambar, ada banyak hal yang perlu dilakukan oleh editor untuk diselesaikannya pada awal produksi. Selain sistem pengeditan itu sendiri, berikut adalah 10 hal penting yang seharusnya dilakukan oleh para editor

1. Samakan visi anda dengan sutradara / produser / klien. - pahami pikiran mereka tentang proyek.yang akan dilakukan bagaimana mereka melihatnya secara kreatif? Jangan lupa memahami storyboard dan dokumen lain yang dibuat sebelum produksi.

2. Jangan pernah meremehkan pertemuan pra-produksi,

3. Bergabunglah dengan kru produksi Anda. - Apakah itu pada pertemuan pra-produksi atau di lokasi syuting, berbicara dan bertukar pikirlah dengan sutradara direktur fotografi, kameraman, teknologi digital imaging , artistik, audioman, lightingman, penulis script dll

4. Jika produksi anda direkam pada media memory / hardisk – siapkan computer /laptop untuk mentransfer hasil rekaman anda, karena memory untuk kamera sangat terbatas sesegera mungkinlah mentransfer data anda setelah pengambilan beberapa shot, dan yang terpenting segera buatkan backup untuk mengantisipasi segala kemungkinan

5. Mengatur materi editing. - Mengedit adalah proses kontinuitas penggabungan materi syuting dan memberi sentuhan artistik, efek visual maupun grafis / animasi dengan memiliki asisten setidaknya memberikan kemudahan bagi anda

6. Buatlah catatan untuk film anda - Buatlah catatan terperinci tentang pengambilan gambar. lighting , audio dsb. Proses ini sedikit memakan waktu tapi demi kepuasan di kemudian hari, terutama jika Anda memiliki banyak rekaman dan atau jadwal produksi yang panjang.

7. Mulai mengoreksi rekaman./ hasil edit anda - Jika ada yang benar-benar tak layak pakai jangan segan-segan untuk tidak menggunakannya

8. Buat database yang representatif - Detail informasi tentang semua / Anda suara grafis / visual effect / atau unsur-unsur musik. lainnya

9. Diskusikan dengan sutradara, produser ataupun music director tentang pemilihan ilustrasi musik. - Jika mereka tidak memiliki preferensi, biarkan naluri anda.yang bermain

10. Periksa Timeline Anda. - Selalu, lakukan ini setiap sebelum pemutaran. Pastikan semua trek yang sinkron dan tidak ada jump picture / jump cat atau offline audio. Pastikan bahwa semua efek yang membutuhkan rendering telah terlaksana

HDSLR apakah itu....













Beberapa waktu lalu produsen kamera foto raksasa Nikon merilis D90, DSLR dengan fitur tambahan: HD untuk merekam video. Seketika itu juga mengguncang dunia fotografi digital dan video. Yang memungkinkan fotografer bisa merekam video kualitas tinggi dan videografer bisa mendapatkan tampilan gambar berformat bioskop. Sebuah kategori baru kamera lahir yaiyu : HDSLR

HDSLR benar-benar revolusioner. sensor besar mereka mampu menangkap cahaya lebih baik daripada camcorder prosumer. lensa SLR lebih tajam dan lebih fleksibel daripada lensa kamera video sekalipun . HDSLR mampu menghasilkan gambar yang jelas, kontras yang tinggi, dan saturasi warna yang jelas.

HDSLR menjanjikan sebuah perpaduan utama antara fotografi dan videografi diharapkan menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru untuk sejumlah eksperimen dan seorang fotografer / videografer membutuhkan banyak peralatan, keahlian, dan kesabaran untuk menghasilkan gambar dari sebuah alat yang sebetulnya tidak dirancang untuk perekaman video ini, tapi bukan berarti seorang profesional dan amatir yang kreatif tidak mampu menghasilkan gambar yang.bagus.

Walaupun kamera ini mampu menghasilkan gambar yang fantastis tapi sebetulnya banyak sekali kekurangannya terutama jika diaplikasikan untuk kegiatan yang membutuhkan perekaman dengan durasi panjang seperti wawancara, produksi televisi dll, karena memori kamera hanya mampu merekam dengan durasi yang sangat terbatas yakni antara 5 – 12 menit, kekurangan lainnya yaitu tidak memiliki sistem perekaman audio yang bagus, sehingga harus menggunakan perekam audio tersendiri,

Meski banyak sekali keterbatasannya HDSLR ini menjadi alternatif tersendiri bagi para filmmaker karena mereka mampu melakukan penekanan terutama dari segi biaya produksi dibanding ketika mereka harus menggunakan kamera seluloid maupun HDCAM

Kesimpulannya kamera ini sangat cocok digunakan untuk pengambilan gambar dengan durasi yang tidak terlalu panjang dan tidak menggunakan direct sound seperti video klip, iklan, profil dll

Seputar CGI dalam Digital Cinema





















Digital Cinema memegang peranan penting dalam pembuatan film modern masa kini. nah dalam pembahasan kali ini, saya akan memperkenalkan produksi-produksi dalam film itu sendiri secara digital dengan penggunaan CGI sebagai solusi dari penghematan dalam pengeluaran anggaran pembuatan film.

Digital produksi dan pasca produksi

Sampai saat ini, proses pembuatan film yang sebenarnya dari sebuah produksi film selalu menggunakan 35mm atau 70mm kamera film yang menggunakan tabung-tabung seluloid. Kualitas Gambar yang dihasilkan oleh kamera digital dirasakan secara signifikan lebih rendah dari film sementara, rekaman film semakin banyak diproses ke dalam komputer untuk manipulasi pasca produksi, proses produksi itu sendiri tetap berbasis seluloid. Dalam Teorinya, Digital film dimulai pada akhir tahun 1980-an, ketika Sony datang dengan pemasaran konsep ‘sinematografi elektronik’. Inisiatif ini gagal lepas landas dengan profesional dan publik yang serupa, dan pada akhir tahun 1990-an, dengan pengenalan perekam HDCAM dan penggantian nama proses menjadi ‘sinematografi digital’, membuat film menggunakan kamera digital dan peralatan terkait akhirnya mulai mengambil alih.
George Lucas berperan penting dalam melahirkan pergeseran ini, ketika pada tahun 2001-2 dia menembak ‘Attack of the Clones‘ episode Star Wars saga-nya digital, menggunakan Sony HDW-F900 HDCAM camcorder dilengkapi dengan lensa Panavision high-end (fitur Perancis Vidocq (Pitof 2001) sebenarnya adalah tembakan pertama dengan kamera Sony). Kamera ini juga mampu mengambil gambar dalam standar konvensional Amerika 30-frame/detik gambar interlaced, kamera ini juga bisa mengambil gambar 24-frames/detik, standar untuk film kamera, dan juga video progresif, video terdiri dari bingkai lengkap dengan interlaced bidang. High-end kamera menggunakan sensor tunggal yang mempunyai ukuran yang sama seperti film 35mm frame, dan memungkinkan pengambilan kedalaman lapangan yang sama seperti kamera film konvensional. Selain itu, pengambilan gambar dalam format HDTV progresif memberikan ukuran gambar sebesar720 pixel atau bahkan 1080 pixel. Hasilnya adalah ‘filmis’ daripada sebuah ‘televisual’ dilihat dari pengambilan gambar.

Pada pertengahan 1990-an, kamera Sony format DCR-VX1000 MiniDV menjanjikan kualitas gambar yang seperti itu, akan tetapi, masih tidak sebagus film. kamera tersebut cukup baik untuk pembuatan film yang mempunyai dana yang minim untuk memulai pengambilan fitur gambar mereka secara digital dan editing di program desktop yang relatif murah perangkat lunak. Kamera high-end digunakan secara minimal atau kompresinya tidak ada proses untuk mengurangi ukuran file, sedangkan MiniDV sistem biasanya menggunakan tingkat kompresi yang tinggi, mengurangi kualitas gambar untuk kepentingan penyimpanan ukuran.

Karena jangkauan dinamis yang lebih rendah dari kamera digital, pengkoreksian bagian cuplikan yang buruk lebih sulit untuk dilakukan di pasca-produksi. Sebuah solusi parsial untuk masalah ini adalah penambahan video-kompleks membantu teknologi selama proses pengambilan gambar. Mungkin ini ‘hanya’ terdiri dari monitor video high-kinerja yang memungkinkan sinematografer untuk melihat apa yang sedang direkam dan untuk membuat penyesuaian yang diperlukan. Pada yang paling kompleks, namun akan mencakup monitor menampilkan bentuk gelombang yang tepat dan analisis warna sehingga cinematographer dan asistennya dapat membuat penyesuaian menit untuk tiap komponen gambar. Karena ini merupakan solusi teknologi tinggi, tidak mengherankan jika ini memerlukan anggaran produksi yang terbesar.

Sebuah keuntungan lebih lanjut dari penciptaan digital set dan lokasi, terutama di usia meningkatkan serial film, sekuel dan waralaba, adalah bahwa set virtual, sekali dibuat dalam komputer dan disimpan sebagai data, dapat dengan mudah diregenerasi untuk produksi film masa depan , membuat sekuel waralaba menguntungkan dan lebih mudah untuk membentuk dan membuat. Skala ekonomi dalam proses digital itu digunakan untuk mengimbangi spiral biaya produksi film modern. Yang Menarik dari pembalikan tren ini, mungkin, adalah bahwa penggantian tempat virtual lokasi nyata premi peningkatan pada produksi sekarang dikenali mahal yang masih pergi dengan lokasi geografis nyata untuk mengambil gambar rekaman mereka.

Konsekuensi dari meningkatnya penggunaan teknik komputer-pencitraan di pembuatan film adalah bahwa keseimbangan antara produksi (film dari adegan yang akan merupakan narasi dari film jadi) dan pasca-produksi (yang membersihkan-up foto yang diambil selama tahap produksi dan penambahan analog, dan efek sekarang digital untuk gambar-gambar dasar) secara signifikan telah diubah. Dalam pembuatan film kontemporer, periode pasca-produksi sekarang umumnya jauh lebih lama dari masa produksi, dengan sebagian besar apa yang akan merupakan gambar akhir terlihat pada layar menjadi hasil kerja yang dilakukan dalam (pencitraan yang dihasilkan komputer) dan CGI editing suite bukan pada-set atau di-lokasi. Sementara efek CGI, khususnya di film blockbuster terbesar, sangat kompleks, mahal dan waktu, yang terakhir secara konsisten menurun dan jauh lebih menarik bagi pembuat film dari resiko dan biaya sering terjadi di lokasi pemotretan langsung. Aspek lain dari proses pembuatan film modern juga merasakan dampak dari meningkatkan digitasi.

Estetika Digital Cinema

Digital imaging telah berdampak pada derajat yang bervariasi pada cara di mana adegan dalam film dibangun direkam oleh rekaman, secara bolak balik dari urutan gambar dalam adegan tersebut.

Secara historis, hal ini terjadi karena kualitas gambar kasar CGI dini;
Ada beberapa konsekuensi yang signifikan dari kualitas visual yang berbeda. Salah satu adalah bahwa gambar yang berisi sejumlah besar pekerjaan CGI biasanya muncul di layar untuk jangka waktu yang lebih pendek dari gambar ‘dunia nyata’; logika adalah bahwa gambar dari CGI tidak akan ada di layar cukup lama bagi penonton untuk mendaftarkan kepalsuan mereka, dengan demikian mengancam untuk mematahkan suspensi tidak percaya diperlukan untuk penonton untuk percaya dunia film muncul di layar di depan dia. Dan konsekuensi dari ini adalah genre yang disukai ini semacam ‘potongan-melihat’ – seperti, horor, action, genre yang melibatkan bersembunyi dan orang-orang untuk nilai maksimum kejutan – cenderung lebih disukai dibanding genre yang lebih mengandalkan interaksi emosional yang kompleks manusia, di mana lagi ditembak panjang dan kepercayaan mutlak dalam realitas karakter dimitigasi terhadap artifisial menciptakan gambar.

Aktor dan makhluk CGI pertama kali terlihat, sekilas, dalam adegan aksi dalam film seperti The Abyss (Cameron 1989; ketika makhluk air pertama dilihat kru) dan Terminator 2: Judgment Day (Cameron 1991; terutama di adegan pertarungan antara dua terminator), tetapi pada kedua mayoritas gambar yang menunjukkan baik yang nyata aktor dan elemen CGI bersama masih menyimpan dua bagian yang terpisah dari frame, tumpang tindih dengan hanya sesekali. Itu adalah Jurassic Park (Spielberg 1993) yang pertama menunjukkan pembauran dari aktor dan makhluk CGI di penampakan pertama brontosaurus yang oleh Sam Neill dan karakter Laura Dern, ketika dua aktor berjalan di depan dinosaurus dalam kamera bepergian ditembak dimiliki untuk sembilan belas detik, lebih dari cukup waktu untuk meneliti penonton untuk tempat istirahat muslihat dan ilusi. Dampaknya dan impressiveness tembakan berasal dari kedua panjangnya dan gerakan kamera; yang terakhir menjaga aktor dan dinosaurus dalam pendaftaran sempurna seperti trek kiri ke kanan, penuh kemenangan mengumumkan integrasi lengkap dari difoto dan
komputer. Namun, kamera, untuk semua gerakan nya, tetap frontal untuk tindakan.
Dengan perkembangan canggih seperti teknik dan gambar, CGI akhirnya menjadi tidak terlihat, tidak ada lagi pelatardepanan efek spektakuler dimaksudkan untuk mengesankan penonton, namun bagian yang terintegrasi dari
gambar-penciptaan alat di pembuangan pembuat film.

Pembagian Digital : Mainstream, independen dan minoritas pembuatan film
Fokus studi kritis ke dalam penggunaan CGI dan teknologi digital di pembuatan film cenderung menjadi produksi, fitur skala besar mainstream khusus efek-sarat ‘blockbuster’. Namun demikian, dua daerah lainnya dari film produksi yang layak dipertimbangkan dalam hal ini: rendah-anggaran independen dan Dunia Ketiga. Reaksi langsung dengan ide menggunakan CGI dalam produksi film independen mungkin bahwa tampilan, mengkilap buatan CGIS bertentangan dengan estetika realis konvensional yang diasumsikan kerja indie rendah anggaran. Namun independen sektor sekarang begitu besar dan beragam yang membatasi definisi tersebut semakin ketinggalan jaman. Memang, banyak pembuat film independen tertarik dalam menggunakan khususnya tampilan dan estetika visual dari CGI untuk tujuan tertentu, untuk membuat film mereka berdiri keluar dari kerumunan fitur dirilis setiap tahun.

DIGITAL CUlTURES Understanding New Media, Edited by Glen Creeber and Royston Martin

Awak Produksi TV dan tugasnya











1.PRODUSER
Seorang yang mendisain sebuah produksi program acara sekaligus bertanggung jawab terhadap teknis eksekusi produksi program tersebut dan bertugas untuk mengintegrasikan unsur-unsur pendukung produksi dalam sebuah produksi program acara televisi dan bertanggung jawab terhadap aspek teknis maupun estetis serta mampu menterjemahkan sebuah gagasan / naskah / rundown sebuah program acara ke dalam pelaksanaan produksi program siaran.

2.PROGRAM DIRECTOR – PENGARAH ACARA

Seorang yang ditunjuk untuk bertanggungjawab secara teknis pelaksanaan produksi satu mata acara siaran, menyutradarai Program Acara Televisi baik untuk Drama ataupun Non Drama dalam Produksi Single atau Multi Camera.

Syarat :
• Memahami TYPE OF PROGRAM
• Menguasai MANAJEMEN PRODUKSI
• Mendalami SINEMATOGRAFI
• Mendalami DRAMATURGI
• Mampu menggunakan Peralatan Produksi dan dapat menterjemahkan gagasan kedalam eksekusi sebuah program acara TV (mengabungkan hal teknis & seni)

Apa saja yang perlu dilakukan?

Brain Strorming :
1. Membuat /menentukan detail konsep bersama-sama dengan Producer, Creative
2. Melakukan analisis script/scenario /rundown berdasarkan konsep/ ide yang telah disepakati
3. Menentukan peralatan pendukung teknis meliputi : Kamera, Lighting, Audio dan perangkat teknis lainnya sesuai dengan konsep program

Koordinasi :
Melakukan koordinasi dengan crew pendukung teknis meliputi : Kameraman, Switcherman, Audioman, Lightingman menyangkut konsep acara dan kebutuhan peralatan produksi Me-review kembali kebutuhan teknis produksi dengan Producer dan Creative

Eksekusi :
1. Membuat /menentukan bloking kamera
2. Melakukan supervisi terhadap penataan set panggung, lighting, kamera, audio, switcher, CG etc.
3. Bersama-sama TD memastikan kesiapan perangkat teknis lainnya
4. Memandu jalannya Gladi Bersih bersama FD
5. Berkoordinasi dengan producer dan krabat kerja yang lain
6. Melakukan Briefing bersama seluruh crew pendukung acara mengenai rundown acara SHOOTING PROGRAM ( Live / Taping ) Mengarahkan produksi Program Acara

Evaluasi :
Bersama Produser dan crew pendukung teknis lainnya melakukan evaluasi

Editing :
Mengikuti proses editing program bila Dibutuhkan

BAHASA KOMANDO…

STANDBY
Aba-aba untuk meminta kepada seluruh pendukung acara baik crew maupun talent/presenter untuk bersiap-siap memulai acara/program.
Dapat juga berarti aba-aba untuk kameraman agar jangan merubah komposisi gambar karena akan di ambil .

Contoh : “Studio standby….Crew, Standby….” Atau “… Camera 1 Standby ….Camera 1 Take ….”

COUNTDOWN
Hitungan mundur untuk memberi aba-aba agar program di mulai tepat sesuai waktu yang ditentukan.
Dapat juga berarti memberikan jeda waktu pada proses recording antara satu adegan ke adegan berikutnya, untuk mempermudah pada proses editing

Contoh : “ Standby … 5…4…3…2…2…action !!!...”

CUE / ACTION
Aba-aba untuk artis, talen, presenter atau performer yang lain untuk memulai adegan atau aksinya sesuai dengan script/ naskah.
Dalam produksi program besar yang melibatkan banyak orang, komando dari Director diteruskan kepada Floor Director

Contoh : “… 3…2…1…Cue (talen)…!!” atau “Camera ..!!! ..Action…!!” “

TAKE” / “ON”
Aba-aba untuk kameraman sebagai tanda gambarnya di ambil, biasanya dilakukan untuk produksi program dengan multi kamera.

Contoh : “ Camera 1 Standby… Camera 1 Take” atau “ Camera 1 …On..!!”

Take two, Take Tree…
Isyarat untuk meminta untuk dilakukan pengambilan gambar ulang, karena pengambilan gambar pertama terjadi kesalahan atau hasilnya tidak memuaskan.

ROLLING / PLAY
Aba-aba kepada VTR operator untuk memulai pemutaran video tape, bisa juga berlaku sebagai aba-aba untuk memulai perekaman.
Contoh : “… standby VTR… rolling, VTR….” Atau “ Stndby VTR …rolling record VTR… 3..2..1..”

WIDE SHOOT / Tide Shoot
Perintah kepada kameraman untuk pengambilan sudut gambar lebar atau sempit

Contoh : “… Camera 1 wide….”

CUT
Perintah untuk memotong adegan

BUNGKUS/ CLEAR
Komando sebagai isarat bahwa seluruh kegiatan produksi telah usah. Dapat juga berarti proses pengambilan gambar pada satu scene telah usai atau pengambilan gambar pada satu tempat telah usai, diteruskan ke tempat berikutnya


3.PRODUCTION SWITCHER / SWITCHERMAN

adalah seseorang yang bertanggungjawab terhadap pergantian gambar, baik atas permintaan Pengarah Acara atau sesuai dengan shooting script/rundown yang telah disusun sebelumnya. dalam perkembangannya posisi ini sudah dirangkap oleh pengarah acara.

Pada produksi TV akan ditemukan editing dalam 3 bentuk :

• Video switching in real time mempergunakan production switcher ( video mixer)
• Post production videotape editing
• Film editing

Meskipun secara mekanis masing-masing prosesnya berbeda, efek artistiknya bisa jadi hampir sama.Yang perlu diperhatikan pada saat editing adalah :

• Moment yang dipilih untuk diganti dari satu shot ke shot lainnya. (cutting point)
• Bagaimana pergantian shot tersebut (cut,mix,dsb) dan kecepatan transisi.
• Order of shots (sequence) dan durasinya (cutting rhythm).
• Mempertahankan kualitas gambar yang baik dan kesinambungan audio.
• Menggabungkan adegan yang diambil pada waktu dan tempat berbeda, apabila adegan diambil dengan satu kamera.

Untuk sebuah produksi televisi, rundown merupakan panduan yang dijadikan acuan seorang program director atau pengarah acara dalam menjalankan sebuah acara televisi.

Rundown biasanya disusun oleh produser dan didiskusikan dengan tim produksi. Format pembuatan rundown tidak mutlak, sangat tergantung dari karakteristik format acara televisi itu sendiri.
Rundown format berita misalnya agak sedikit berbeda dengan rundown untuk acara berformat non drama (quiz, gameshow, music, variety show,magazine ,dll).

Rundown merupakan susunan isi cerita dari sebuah program acara yang dibatasi oleh durasi (panjangnya item acara), segmentasi dan deskripsi atau bahasa naskah.

Untuk acara berdurasi 30 menit biasanya dibagi menjadi empat segment, namun beberapa acara berdurasi setengah jam ini juga kadang terbagi menjadi 3 segment. Sedangkan acara berdurasi 60 menit biasanya terbagi atas 5 atau 6 segment.

Salah satu fungsi pembuatan segmentasi ini adalah untuk keperluan penempatan commercial break atau iklan. Misalnya, total konten program acara berdurasi 30 menit adalah 24 menit,sisanya yang 6 menit untuk iklan.

Selain kolom “Segment”, hal penting lainnya adalah “Description”. Di kolom ini dijelaskan tentang apa saja isi dari setiap segment. Sedangkan jika ada catatan penting lainnya, bisa dimasukan ke dalam kolom “Note” atau “Remark”

4.FLOOR DIRECTOR / PENGARAH LAPANGAN

Bertugas sebagai penghubung dalam menyampaikan pesan- pesan Pengarah Acara kepada kerabat kerja dan para artis pendukung dalam produksi suatu acara.

5.LIGHTING DIRECTOR / PENATA CAHAYA

bertugas sebagai seseorang yang bertanggung jawab terhadap Keberhasilan penataan cahaya di studio baik secara artistik maupun yang mampu menyentuh perasaan yang sesuai dengan tuntutan naskahnya.

6.AUDIOMAN
Audioman adalah petugas yang mengatur perimbangan suara dari berbagai sumber,antara lain melakukan set up mikrofon, musik / backsound dan lain sebagainya.

Tips Penggunaan Zoom pada Lensa

Sebagai pemula alangkah baiknya menghindari penggunaan zoom, tetapi pada kenyataannya penggunaan zoom yang benar dapat menjadikan gambar menjadi indah seperti pada film milik Ridley Scott : Hannibal dan film Munich milik Steven Spielberg yang merupakan film pertama Spielberg yang menngunakan zoom memang Spielberg dikenal sebagai sutradara yang “anti zoom”

Ridley Scott mampu memanfaatkan fasilitas zoom sebagai subyek pendekatan kamera dan terkadang dia sangat suka bermain dengan low angle, hal ini sangat mencolok jika digabungkan zoom yang memiliki efek pembesaran subyek dikombinasikan dengan mendekatnya subyek terhadap kamera yang mampu menimbulkan efek pembesaran di frame. Ada salah satu contoh penggunaan zoom yg sangat bagus yaitu dalam satu adegan di film “Gladiator “ di mana Commodus menuntut kesetiaan dari kakaknya setelah persekongkolan melawan dia digagalkan dan dalam film “ Kingdom of Heaven “ketika Richard III mendekati Balian di akhir film, Teknik zoom yang kuat memang segaja dibuat dan bukan kebetulan untuk mendukung adegan dan situasi yang luar biasa.

Kadang zoom digunakan sangat pelan dan halus sehingga penontonpun tak pernah menyadarinya, ini merupakan spesialisasi James Cameron seperti yang terjadi dalam film Terminator 2 ketika Dyson sedang sekarat dan memegang sebuah benda diatas detonator, kamera men-zoom sangat pelan pada Dyson kemudian zoom berhenti ketika dia menghembuskan napas terakhir dan menjatuhkan benda tersebut diatas detonator sampai meledakkan bangunan Cyberdine Up.

Kesimpulannya zoom memang harus digunakan sesuai kebutuhan jangan pernah menggunakan zoom pada momen yang tidak perlu yang dapat membuat gambar anda tidak semakin bagus

Cara Mendapatkan Kualitas Audio Yang Bagus

Sejauh ini kelemahan teknis terbesar banyak video dan film independen adalah suara. dialog di lokasi yang kadang tidak selalu direkam dengan teknik yang benar dan menghasilkan kualitas audio yang buruk. Lokasi rekaman suara adalah faktor utamanya

Berikut ini tips untuk menghasilkan kualitas audio yang bagus :



1.Pilih mikrofon yang tepat
 
Untuk merekam suara berkualitas tinggi jenis mikrofon harus digunakan: shotgun untuk lokasi outdoor, shotgun sedang untuk indoor, dan non-directional untuk interior sempit.
Semakin terarah akan semakin bagus rekaman suara yang dihasilkan , tetapi yang perlu diingat penggunaan mikrofon directional akan merekam terlalu banyak gema di lokasi interior. Audio-Technica BP4073 Shotgun Microphone yang sangat di rekomendasikan untuk situasi ini yang merupakan mic favorit dari banyak profesional.

2. Tempatkan mikrofon sedekat mungkin dengan mulut aktor

Setelah memilih mikrofon yang tepat, dan mendapatkan lokasi dialog berkualitas tinggi usahakan untuk menempatkan mikrofon sedekat mungkin pada subyek. Dengan cara ini suara aktor akan jauh lebih jelas dan lebih dominan dari kebisingan latar belakang. mikrofon juga harus berada di atas kepala , mengarah ke bawah di mulut aktor. Pilihan terbaik kedua adalah untuk menempatkan mikrofon di bawah tepi bawah frame, dengan mikrofon mengarah ke atas di mulut aktor.

Cara terbaik selanjutnya adalah dengan membuat aktor masuk ke dalam frame dan menginstruksikan operator boom untuk memasukkan mikrofon ke dalam frame, kemudian angkat sampai keluar dari frame sambil mengatur posisi mikrofon di atas kepala actor.
Cara ini sedikit beresiko jika audioman tidak konsentrasi bisa jadi mikrofon akan masuk ke dalam frame,

Tips Seputar Pembuatan Video Musik

Banyak prinsip-prinsip pembuatan film umum juga berlaku untuk produksi musik video.

Sebagai langkah awal rekamlah satu lagu secara lengkap yang dapat gunakan sebagai shot master pada proyek anda kemudian rekamlah bagian perbagian seperti penyanyi, pemain musik, model, figuran dsb tergantung tema dan konsep video klip masing-masing

Selain itu, yang paling penting adalah menginstruksikan penyanyi untuk menyanyi dengan sebaik-baiknya dan tidak menyanyi setengah hati. Jika mereka seperti bergumam, tidak akan terlihat bagus ketika mencoba mensinkronkan lagu tersebut, karena ketegangan dan gerakan wajah dan bahasa tubuh tidak akan konsisten dengan vocal /lagu. Mereka harus bernyanyi seolah-olah kita sedang membuat rekaman nyata dari lagu tersebut.

Ambil angle sebanyak mungkin dari berbagai sudut dan lokasi serta mencakup seluruh lagu, ini akan memudahkan editor memiliki pilihan yang banyak dan variatif, dan yang paling penting banyak-nanyaklah mengambil cut away, berbeda pada film video klip banyak sekali jumpshot dan kadang antar shot tidak saling berkaitan dalam hal ini cut away sangat dibutuhkan.

Dalam hal tertentu kaidah film banyak dipakai di video klip seperti teknik komposisi gambar, pencahayaan, pengadeganan, tapi dalam banyak hal justru banyak yang melanggar teknik sinematografi seperti continuity dan cerita terkadang tidak berhubungan satu sama lain justru di sinilah letak keindahan video musik itu sendiri yang memungkinkan kita berkreasi dengan sebebas-bebasnya…..

Rabu, 06 April 2011

Cara Kerja Televisi

 http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQffL1rkgt8DHT_GqK5GBxozVacdjLQ991MnXa-IJokqfj9MBeJY0N8X80N

Bagaimanakah Cara Kerja Televisi?
Gambar yang kita lihat di layar televisi adalah hasil produksi dari sebuah kamera.
Sebelum kita mengetahui prinsip kerja pesawat televisi, ada baiknya kita mengetahui sedikit tentang perjalanan objek gambar yang biasa kita lihat di layar kaca. Gambar yang kita lihat di layar televisi adalah hasil produksi dari sebuah kamera.
Objek gambar yang di tangkap lensa kamera akan dipisahkan berdasarkan tiga warna dasar, yaitu merah (R = red), hijau (B = blue). Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar televisi (transmiter). Pada sestem pemancar televisi, informasi visual yang kita lihat pada layar kaca pada awalnya di ubah dari objek gambar menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik tersebut akan ditransmisikan oleh pemancar ke pesawat penerima (receiver) televisi.

PRINSIP KERJA TELEVISI
Pesawat televisi akan mengubah sinyal listrik yang di terima menjadi objek gambar utuh sesuai dengan objek yang ditranmisikan. Pada televisi hitam putih (monochrome), gambar yang di produksi akan membentuk warna gambar hitam dan putih dengan bayangan abu-abu. Pada pesawat televisi berwarna, semua warna alamiah yang telah dipisah ke dalam warna dasar R (red), G(green), dan B (blue) akan dicampur kembali pada rangkaian matriks warna untuk menghasilkan sinyal luminasi.


Selain gambar, juga membawa suara ?
Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang di tranmisikan bersama sinyal gambar. Penyiaran telavisi sebenarnya menyerupai suara sistem radio tetapi mencakup gambar dan suara. Sinyal suara di pancarkan oleh modulasi frekuensi (FM) pada suatu gelombang terpisah dalam satu saluran pemancar yang sama dengan sinyal gambar. Sinyal gambar termodulasi mirip dengan sistem pemancaran radio yang telah dikenal sebelumnya. Dalam kedua kasus ini, amplitudo sebuah gelombang pembawa frekuensi radio (RF) dibuat bervariasi terhadap tegangan pemodulasi.Modulasi adalah sinyal bidang frekuensi dasar (base band).


Modulasi frekuensi (FM) digunakan pada sinyal suara untuk meminimalisasikan atau menghindari derau (noise) dan interferensi. Sinyal suara FM dalam televisi pada dasarnya sama seperti pada penyiaran radio FM tetapi ayunan frekuensi maksimumnya bukan 75khz melainkan 25 khz.


Saluran dan Standar Pemancar Televisi
Kelompok frekuensi yang di tetapkan bagi sebuah stasiun pemancar untuk tranmisi sinyalnya disebut saluran (chenel). Masing-masing mempunyai sebuah saluran 6 mhz dalam salah satu bidang frekuensi (band) yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial.
VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 dari 54 MHZ sampai 88 MHZ.
VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 dari 174 MHZ sampai 216 MHZ.
UHF saluran 14 sampai 83 dari 470 MHZ sampai 890 MHZ.
Sebagai contoh, saluran 3 disiarkan pada 60 MHZ sampai 66 MHZ. Sinyal pembawa RF untuk gambar dan suara keduanya termasuk di dalam tiap saluran tersebut.


JENIS-JENIS SISTEM TELEVISI

Sistem pemancar televisi yang kita kenal di antaranya:
NTSC (National Television System Committee)
PAL (Phases Alternating Line)
SECAM (Sequential Couleur a Memorie)
PALB


NTSC (National Television System Committee) digunakan di Amerika Serikat, sistem PAL (Phases Alternating Line) di gunakan di Inggris, sistem SECAM (Sequential Couleur a Memorie) digunakan di Perancis. Sementara itu, Indonesia sendiri menggunakan sistem PALB. Hal yang membedakan sistem tersebut adalah format gambar, jarak frekuensi pembawa dan pembawa suara.
Sistem Televisi Dasar di Dunia
Sistem Televisi Dasar di Dunia
BAGIAN-BAGIAN TELEVISI
Rangkaian Catu Daya (Power Supply)
Rangkaian berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh rangkaian. Rangkaian catu daya dibatasi oleh garis putih pada PCB dan daerah di dalam kotak merah. Daerah di dalam garis putih adalah rangkaian input yang merupakan daerah tegangan tinggi (live area). Sementara itu, daerah di dalam kotak merah adalah output catu daya yang selanjutnya mendistribusikan tegangan DC ke seluruh rangkaian TV.

Rangkaian Penala (tuner)
Rangkaian ini terdiri dari penguat frekuensi tinggi ( penguat HF ), pencampur (mixer), dan osilator lokal.Rangkaian penala berfungsi untuk menerima sinyal masuk (gelombang TV) dari antena dan mengubahnya menjadi sinyal frekuensi IF.

Rangkaian penguat IF (Intermediate Frequency)
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal hingga 1.000 kali. Sinyal output yang dihasilkan penala ( tuner) merupakan sinyal yang lemah dan yang sangat tergantung pada pada sinyal pemancar, posisi penerima, dan bentang bentang alam. Rangkaian ini juga berguna untuk membuang gelombang lain yang tidak dibutuhkan dan meredam interferensi pelayanan gelombang pembawa suara yang mengganggu gambar.

Rangkaian Detektor Video
Rangkaian ini berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu, rangkaian ini berfungsi pula sebagai peredam seluruh sinyal yang mengganggu karena apabila ada sinyal lain yang masuk akan mengakibatkan buruknya kualitas gambar. Salah satu sinyal yang di redam adalah sinyal suara.

Rangkaian Penguat Video
Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yang berasal dari deteltor video sehingga dapat menjalankan layar kaca atau CRT (catode ray tube). Didalam rangkaian penguat video terdapat pula rangkaian ABL(automatic brightness level) atau pengatur kuat cahaya otomatis yang berfungsi untuk melindungi rangkaian tegangan tinggi dari tegangan muatan lebih yang disebabkan oleh kuat cahaya pada layar kaca.

Rangkaian AGC (Automatic Gain Control)
Rangkaian AGC berfungsi untuk mengatur penguatan input secara otomatis. Rangkaian ini akan menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah-ubah sehingga output yang dihasilkan menjadi konstan.

Rangkaian Defleksi Sinkronisasi
Rangkaian ini terdiri dari empat blok, yaitu rangkaian sinkronisasi, rangkaian defleksi vertikal, rangkaian defleksi horizontal, dan rangkaian pembangkit tegangan tinggi.

Rangkaian Audio
Suara yang kita dengar adalah hasil kerja dari rangkaian ini, sinyal pembawa IF suara akan dideteksi oleh modulator frekuensi (FM). Sebelumnya, sinyal ini dipisahkan dari sinyal pembawa gambar.


JENIS-JENIS LAYAR TELEVISI


Tipe Layar Televisi CRT (catode ray tube)
Pada televisi jenis ini layar terlihat lebih cembung ketimbang jenis lainnya. Teknologi televisi dengan tabung CRT tergolong paling tua dan hingga saat ini terus digunakan dan dikembangkan. Walaupun telah muncul teknologi yang baru. Tabung CRT hanya berisi sebuah tabung sinar katoda (cathode-ray tube) sedang untuk perbandingannya, plasma terdiri dari satu juta tabung fluorescent berukuran sangat kecil.

Tipe Layar Televisi Plasma
Dalam prinsipnya, layar plasma tersusun atas dua lembar kaca. Di antara keduanya diisi ribuan sel, yang ratusan di antaranya berisi gas xenon dan neon. Dua jenis elektroda panjang, address electrode dan transparent display electrode, direntangkan di antara lempengan kaca tersebut. Saat layar plasma dihidupkan, elektroda-elektroda yang saling berpotongan di atas sel itu diberi muatan listrik oleh komputer layar untuk mengionisasi gas dalam sel. Ini berlangsung ribuan kali dalam sepersekian detik. Arus listrik pun melewati gas di dalam sel dan menghasilkan aliran partikel bermuatan listrik yang cepat, yang merangsang atom gas tersebut melepaskan foton ultraviolet.

Foton ultraviolet berinteraksi dengan fosfor
Kemudian, foton ultraviolet berinteraksi dengan fosfor yang akhirnya melepaskan energi di dalam bentuk sinar foton yang jelas. Setiap pixel tersusun atas tiga sel sub pixel yang terpisah, masing-masing dengan fosfor yang berbeda warna, yaitu; merah, hijau, biru yang akan bercampur menghasilkan warna pixel.
Untuk menyeragamkan kekuatan arus listrik yang mengalir melalui sel berbeda, sistem kontrolnya akan menambah atau mengurangi intensitas warna setiap sub pixel. Hal ini untuk menghasilkan ratusan kombinasi merah, hijau, dan biru yang berbeda. Dengan cara ini, sistem kontrol dapat menghasilkan warna dalam spektrum luas, sekira ada 16,77 juta warna bisa dihasilkan sebuah layar plasma. Inilah yang membuat tampilan gambar plasma sangat tajam dan jelas.

Pengertian JPG, BMP, dll PSD (Photoshop Document)


Format file ini merupakan format asli dokumen Adobe Photoshop. Format ini mampu menyimpan informasi layer dan alpha channel yang terdapat pada sebuah gambar, sehingga suatu saat dapat dibuka dan diedit kembali. Format ini juga mampu menyimpan gambar dalam beberapa mode warna yang disediakan Photoshop. Anda dapat menyimpan dengan format file ini jika ingin mengeditnya kembali.


BMP (Bitmap Image)

Format file ini merupakan format grafis yang fleksibel untuk platform Windows sehingga dapat dibaca oleh program grafis manapun. Format ini mampu menyimpan informasi dengan kualitas tingkat 1 bit samapi 24 bit. Kelemahan format file ini adalah tidak mampu menyimpan alpha channel serta ada kendala dalam pertukaran platform. Untuk membuat sebuah objek sebagai desktop wallpaper, simpanlah dokumen Anda dengan format file ini. Anda dapat mengkompres format file ini dengan kompresi RLE. Format file ini mampu menyimpan gambar dalam mode warna RGB, Grayscale, Indexed Color, dan Bitmap.


EPS (Encapsuled Postcript)

Format file ini merupakan format yang sering digunakan untuk keperluan pertukaran dokumen antar program grafis. Selain itu, format file ini sering pula digunakan ketika ingin mencetak gambar. Keunggulan format file ini menggunakan bahasa postscript sehingga format file ini dikenali oleh hampir semua program persiapan cetak. Kelemahan format file ini adalah tidak mampu menyimpan alpha channel, sehingga banyak pengguna Adobe Photoshop menggunakan format file ini ketika gambar yang dikerjakan sudah final. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, Lab, Duotone, Grayscale, Indexed Color, serta Bitmap. Selain itu format file ini juga mampu menyimpan clipping path.


JPG/JPEG (Joint Photographic Expert Group)

Format file ini mampu mengkompres objek dengan tingkat kualitas sesuai dengan pilihan yang disediakan. Format file sering dimanfaatkan untuk menyimpan gambar yang akan digunakan untuk keperluan halaman web, multimedia, dan publikasi elektronik lainnya. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, dan Grayscale. Format file ini juga mampu menyimpan alpha channel, namun karena orientasinya ke publikasi elektronik maka format ini berukuran relatif lebih kecil dibandingkan dengan format file lainnya.


GIF (Graphic Interchange Format)

Format file ini hanya mampu menyimpan dalam 8 bit (hanya mendukung mode warna Grayscale, Bitmap dan Indexed Color). Format file ini merupakan format standar untuk publikasi elektronik dan internet. Format file mampu menyimpan animasi dua dimensi yang akan dipublikasikan pada internet, desain halaman web dan publikasi elektronik. Format file ini mampu mengkompres dengan ukuran kecil menggunakan kompresi LZW.


TIF (Tagged Image Format File)

Format file ini mampu menyimpan gambar dengan kualitas hingga 32 bit. Format file ini juga dapat digunakan untuk keperluan pertukaran antar platform (PC, Machintosh, dan Silicon Graphic). Format file ini merupakan salah satu format yang dipilih dan sangat disukai oleh para pengguna komputer grafis terutama yang berorientasi pada publikasi (cetak). Hampir semua program yang mampu membaca format file bitmap juga mampu membaca format file TIF.


PNG (Portable Network Graphic)

Format file ini berfungsi sebagai alternatif lain dari format file GIF. Format file ini digunakan untuk menampilkan objek dalam halaman web. Kelebihan dari format file ini dibandingkan dengan GIF adalah kemampuannya menyimpan file dalam bit depth hingga 24 bit serta mampu menghasilkan latar belakang (background) yang transparan dengan pinggiran yang halus. Format file ini mampu menyimpan alpha channel.


TGA (Targa)

Format file ini didesain untuk platform yang menggunakan Targa True Vision Video Board. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dalam 32 bit serta 1 alpha channel, juga Grayscale, Indexed Color, dan RGB dalam 16 atau 24 bit tanpa alpha channel. Format file ini berguna untuk menyimpan dokumen dari hasil render dari program animasi dengan hasil output berupa sequence seperti 3D Studio Max.